Nama : Putri Fenia Mandalika
Kelas : 4EA25
Npm : 15212764
Kel : 4
Manusia Sebagai Mahkhluk Budaya,
Etika, dan Estetika
1.1. Hakikat Manusia sebagai Makhluk
Budaya
A.
Pengertian
Pengertian
Manusia
Secara
bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam
hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang
dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang
berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi),
horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi
lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia
menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan.
Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia
membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Secara filsafat pengertian manusia
sendiri masih banyak diperdebatkan oleh para pemikir. Untuk menjelaskan tentang
hakikat manusia ada berbagai aliran yang berpendapat . Belakangan ini para
pemikir seperti Buber, Marcel, Lavines dan Mounier menegaskan bahwa setiap
manusia memiliki suatu kepribadian dengan kompleksitas nilai yang unik[1][1]. Namun pada hakikatnya aliran - aliran
tersebut yang belum memiliki tujuan yang jelas tersebut memanglah saling
melengkapi.
Pengertian
Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.
Dalam
bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian,
bangunan,
dan karya seni.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
B.
Hubungan manusia dan kebudayaan
Dipandang dari sudut antropologi,
manusia dapat ditinjau dari 2 segi. Yaitu :
Manusia sebagai makhluk biologis
Manusia sebagai makhluk sosio-budaya
Sebagai
mahluk biologi, manusia di pelajari dalam ilmu biologi atau anatomi; dan
sebagai mahluk sosio-budaya manusia dipelajari dalam antropologi budaya.
Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia
dan akal budinya dan struktur fisiknya dalam mengubah lingkungan berdasarkan
pengalamannya juga memahami dan melukiskan kebudayaan yang terdapat dalam
masyarakat manusia.
Akhirnya
terdapat konsepsi tentang kebudayaan manusia yang menganalisa masalah-masalah
hidup sosial-kebudayaan manusia. Konsepsi tersebut ternyata memberi gambaran
kepada kita bahwasanya hanya manusialah yang mampu berkebudayaan. Sedang pada
hewan tidak memiliki kemampuan tersebut. Mengapa hanya manusia saja yang
memiliki kebudayaan? Hal ini dikarenakan manusia dapat belajar dan dapat
memahami bahasa, yang semuanya itu bersumber pada akal manusia.
Antara
manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, karena manusia tidak
lain adalah merupakan bagian dari hasil kebudayaan itu sendiri. Hampir semua
tindakan manusia merupakan produk kebudayaan. Kecuali kegiatan yang bersifat
naluriah. Tindakan tersebut seperti cara belajar yang bervariasi karena
kebudayaan tidak bersifat statis dan kaku tetapi senantiasa berubah. Seseorang
dikatakan berbudaya pada hakikatnya ketika ia telah menjaga nilai-nilai luhur
dari tatanan masyarakat sebelumnya, dan tetap terbuka terhadap kemungkinan
masuknya kebudayaan baru.
Kebudayaan
adalah nilai-nilai dasar dari segenap
wujud kebudayaan atau hasil kebudayaan. Nilai-nilai budaya dan segenap hasilnya
muncul dari tata cara hidup yang merupakan kegiatan manusia atas nilai-nilai
budaya yang dikandungnya. Nilai budaya hanya bisa diketahui melalui budi dan
jiwa sementara tata cara hidup manusia dapat diketahui oleh panca indra[2][2]. Dari ide kebudayaan dan tata cara
hidup manusia kemudian terwujud produk kebudayaan sebagai sarana untuk
memudahkan atau sebagai alat dalam berkehidupan.
Jadi,
nilai budaya adalah “gagasan” yang menjadi sumber sikap dan tingkah laku
manusia dalam kehidupan sosial budaya. Nilai budaya dapat kita lihat, kita
rasakan dalam sistem kemasyarakatan atau sistem kekerabatan yang diwujudkan
dalam bentuk adat istiadat. Hal ini akan lebih nyata kita lihat dalam hubungan
antara manusia sebagai individu lainnya maupun dengan kelompok dan
lingkungannya.
1.2. Apresiasi Kemanusiaan dan
Kebudayaan
1)
Perwujudan Kebudayaan
Kebudayaan
merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang di ciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata
Koentjaraningrat
membagi wujud kebudayaan menjadi tiga pula, yaitu :
1. Wujud
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan
peraturan lain (culture system).Wujud tersebut menunjukan ide dari
kebudayaan, sifatnya abstrak tak dapat di raba, di pegang, ataupun di foto, dan
tempatnya ada di dalam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan yang
bersangkutan itu hidup.
2. Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat (social system).Wujud tersebut di namakan sistem
sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu
sendiri. Wujud ini bisa di observasi, di foto dan di dokumentasikan karena
dalam sistem sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi.
3. Wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini di sebut pula
kebudayaan fisik (artifact). Di mana wujud ini hampir seluruhnya
merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan dan karya semua manusia dalam
masyarakat.
Perwujudan
ini tampak sejalan dengan James P.
Spradley yang menyatakan “ Kebudayaan
adalah pengetahuan yang diperoleh yang digunakan penduduk untuk
menginterpretasikan pengalaman dan melahirksn tingkah laku social … kita
katakana semus itu sebagai kebudayaan pengetahuan, kebudayaan tingkah laku, dan
kebudayaan kebendaan[3][3].
Koencaraningrat
menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri atas: perilaku,
bahasa dan materi.
a.
Perilaku
Perilaku adalah cara bertindak atau
bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap perilaku manusia dalam
masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of behavior)
masyarakatnya.
b.
Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem
simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal) dan ditangkap dengan telinga
(auditory). Ralp Linton mengatakan salah satu sebab paling penting dalam
memperlambangkan budaya sampai mencapai ke tingkat seperti sekarang ini adalah
pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir dan berkomunikasi.
Tanpa kemampuan berpikir dan berkomunikasi budaya tidak akan ada.
c.
Materi
Budaya materi adalah hasil dari
aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi misalnya pakaian, perumahan,
kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan alat
transportasi.
2) Substansi
Utama Budaya
a. Sistem
Pengetahuan
Para ahli menyadari bahwa
masing-masing suku bangsa di dunia memiliki sistem pengetahuan tentang: Alam
sekitar, Alam flora dan fauna, Zat-zat manusia, Sifat-sifat dan tingkah laku
sesama manusia, Ruang dan waktu.
Unsur-usur dalam pengetahuan inilah
yang sebenarnya menjadi materi pokok dalam dunia pendidikan di seluruh dunia.
b.
Nilai
Menilai berarti menimbang, yaitu
kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk
dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keputusan nilai dapat
menentukan sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau salah, baik atau
buruk, religius atau sekuler, sehubungan dengan cipta, rasa dan karsa manusia.
Sesuatu dikatakan mempunyai nilai
apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik
(nilai moral atau etis), religius (nilai agama).
c.
Pandangan Hidup
Pandangan hidup adalah suatu
nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan dipilih secara selektif oleh
individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup suatu bangsa adalah
kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya, dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
Dari penjelasan di atas jelaslah
bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan
makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi.
Karena manusia diciptakan untuk menjadi khalifah, sebagaimana dijelaskan pada
surat Al-Baqarah: 30
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Oleh karena itu untuk menjadi
manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya dan
industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai suatu
kesinambungan yang saling bersinergi.
Disinilah peran manusia sebagai
makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk dapat memanfaatkan segala
fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini. Sehingga dengan alam
tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang bermartabat dan bernilai
tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala
manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai
dengan tata aturan agama.
1.3. Etika dan Estetika Budaya
Hal yang
terpenting untuk membangun pemahaman suatu ilmu secara utuh bisa dilakukan
dengan mencari asal-usul, alasan, dan segala hal terkait dengan perkembangan
ilmu tersebut. Begitu juga dengan istilah-istilah yang muncul berkaitan dengan
definisi suatu cabang keilmuan tertentu yang harus ada kesimpulan yang membawa
alasan mengapa istilah itu dimunculkan. Dengan mengetahui perkembangan istilah
tersebut setiap orang mampu memahami hal yang dimaksudkan istilah tersebut secara
menyeluruh, bukan hanya mengartikannya secara sembarang atau berpendapat
menggunakan istilah tersebut semaunya sendiri. Meskipun istilah tersebut
mengalami perubahan makna harus diterangkan bagaimana proses perubahan istilah
tersebut terjadi dikaitkan dengan berbagai aspek, salah satunya aspek
penggunaannya. Dalam memahami Urgensi Pemahaman etika dan estetika budaya, kita
harus memahami perkembangan dari dua istilah etika dan estetika.
Etika
berasal dari kata Yunani, yaitu Ethos, secara
etimologis etika adalah ajaran tentang baik buruk. Etika sama artinya dengan
moral (mores dalam bahasa latin) yang berbicara tentang peredikat nilai
susila,atau tidak susila,baik dan buruk.
Bertens
menyebutkan ada tiga jenis makna etika yaitu:
1. Etika dalam nilai-nilai atau
norma untuk pegangan seseorang atau kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.
2. Etika dalam kumpulan asas atau
moral (dalam arti lain kode etik)
3. Etika dalam arti ilmu atau ajaran
tentang baik dan buruk artinya daalam filsafat moral.
Estetika
dapat diartikan lain sebagai teori tentang keindahan yang dapat diartikan
beberapa hal yaitu:
1. Secaara luas yaitu mengandung ide
yang baik yang meliputi watak indah,hukum yang indah,ilmu yang indah,dan lain sebagainya.
2. Secara sempit yaitu indahn yang
terbatas pada lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan warna)
3. Secara estetik murni yaitu
menyangkut pengalaman yang berhubungan dengan penglihatan,pendengaran dan etika
Etika (kesusilaaan) lahir karena kesadaraan
akan adannya naluri-solidaritas sejenis pada makhluk hidup untuk melestarikan
kehidupannya, kemudian pada manusia etika ini menjadi kesadaran sosial ,memberi
rasa tanggungjawab dan bila terpenuhi akan menjelma menjadi rasa bahagia[4][4].
Pada manusia
yang bermasyarakat etika ini berfungsi untuk mempertahankan kehidupan kelompok
dan individu. Pada awalnya Etika dikenal pada sekelompok manusia yang sudah
memiliki peradaban lebih tinggi. Terdapat proses indrawi yang diperoleh secara
visual dan akustik (instrumental) .
Etika pada pada
perkembangannya terbagi atas usaha untuk melakukan perbuatan baik dan usaha
untuk keindahan sehingga menimbulkan rasa senang terhadap suatu kebaikan.
Sedangkan Estetika sendiri merupakan pemisahan dari pengertian
Etika yang mengkhususkan pada usaha untuk keindahan saja.
“Pengetahuan
tentang ukuran dan properti merupakan syarat utama keindahan”Plato. Ini
adalah paham yang dianut oleh masyarakat Yunani pada umumnya tentang alam
semesta,mereka terkesan oleh keindahan alam dan pengalaman bahwa segala
peristiwa alam semesta ternyata mengandung suatu tata aturan tertentu. Bangsa yunani
telah mengabadikan makhluk ciptaan Tuhan dalam bentuk patung, seperti patung
kuda,patung tubuh manusia dalam keseniannya sejak sebelum masehi dan keindahan
tubuh manusia sendiri ditemukan kembali pada massa Renaissance oleh para
seniman dan diabadikan pula dalam karya-karyanya.Dasar ini bisa dijadikan dasar
bahwa tujuan utama dari sebuah keindahan adalah kesadaran akan keteraturan alam
semesta ini.Plato sendiri menghendaki manusia sepantasnya mengikuti
ukuran harmonis sesuai dengan yang ada pada alam semesta.
Ciri-ciri
Keindahan dalam masa abad pertengahan
a)
Sesuai dengan norma
b)
Dilaksanakan sesempurna mungkin
c)
Bersifat simbolis
Ciri-ciri
keindahan masa Renaisance
a) Melepaskan perwujudan
norma-norma perwujudan yang ditentukan oleh raja, bangsawan yang berkuasa dan
oleh rasa.
b) Kesenian masih bertema
realitas, tetapi seniman mengikuti selera
sendiri dalam mengejar keindahan.
c) Akhir masa renaisance
timbul kesenian profan (tidak ada hubungannya dengan keagamaan) dan sekuler (pemisahan berhubungan
dengan keagamaan)
d) Bersifat neoaristotelisme (menggambar sesuai
sesuai dengan kenyataan dunia)
“nikmat indah adalah peristiwa alam
biasa dan memberi peranan lebih banyak kepada intelek manusia untuk menikmati
keindahan”Aristoteles
Perkembangan
sudut pandang dan sikap manusia terhadap keindahan pada jaman modern inilah
yang sekarang melanda budaya bangsa indonesia. Hal-hal apapun yang berkaitan dengan
keindahan atau estetika selalu dikaitkan dengan kebebasan berekspresi dan hak
setiap individu. Dari kasus rok mini sebagai indikasi bahwa reformasi
sekalipun tidak mampu menahan perubahan sosial, padahal anggota DPR seharusnya
menjadi garda terdepan dalam menanamkan nilai-nilai luhur bangsa yang tertuang
dalam nilai-nilai pancasila.
“Nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila akan diwujudkan sebagai aturan tuntutan sikap
dan dan tingkah laku bangsa dan akan memberikan landasan,semangat,jiwa secara
khas yang merupakan ciri pada elemen-elemen sosial budaya bangsa indonesia.”
Prinsip – prinsip pengembangan kebudayaan Indonesia
sebagaimana telah dilakukan oleh generasi sebelumnya yang mengandung etika dan
estetika penting untuk mem[ertimbangkan hal-hal berikut ;
a. jujur
b. Tanggung jawab
c. Menepati janji
d. toleransi
e. Berpedoman pada kebudayaan Indonesia
f. Tanamkan minat sejak dini pada kebudayaan daerah
Indonesia.
Problematika Kebudayaan
Problem kebudayaan dewasa ini antara
lain adalah terjadinya penafsiran budaya yang cenderung keliru. Hal tersebut
akibat miskomunikasi budaya antar generasi yang terus menerus terjadi. Padahal,
sebagai system gagasan yang terdiri dari norma, nilai-nilai dan aturan,
kebudayaan harus dilihat dalam tiga aspek sekaligus yaitu proses pembelajaran,
konteks, dan pelaku pendukung kebudayaan. Ketiga aspek ini dapat menentukan
seberapa besar dan kuat peran kebudayaan dalam membangun kehidupan yang lebih
baik.
Beberapa problematika kebudayaan, antara lain:
1.
Hambatan
budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka
temapti secara turun temurun diyakini sebagai pemberi berkah kehidupan.
Mereka enggan meninggalkan kampung halamanya atau beralih ola hidup sebagai
petani. Padahal hidup ereka umumnya miskin.
2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan
perbedaan persepsi atau sudut pandang. hambatan
budaya yang berkaitan dengan persepsi atau sudut pandang ini daat terjadi
antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contohnya, program Keluarga
Berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa anak anak
banyak rezeki.
3. Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah
yang terkena bencana alam banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan
karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa di tempat yang baru hidup mereka akan
lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka di tempat yang lama.
4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang
komunikasi dengan masyarakat luar, karena
pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutp untuk menerima
program-program pembangunan.
5.
Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal
baru.
Sikap ini sangat
menagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang menganggap hal-hal baru itu akan
merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara turun-temurun.
6.
Sikap etnosentrisme.
Sikap etnosentrisme adalah sikap mengagungkan budaya
suku bangsanya sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap
semacam ini akan mudah memicu timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan
suku, agama, ras, dan antar golongan. Sikap ini dapat menimbulkan kecenderungan
perpecahan dengan sikapa kelakuan yang lebih tinggi terhadap budaya lain.
7. Perkembangan IPTEK
sebgai hasil dari kebudayaan, sering kali disalhagunakan oleh manusia, sebagai
contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan untuk
melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi
pengunaannya banyak disalhgunkan yang justru mengganggu kesehatan manusia.
CONTOH KASUS PELANGGARAN KODE ETIK
Seperti
yang kita ketahui, semakin hari kasus penyuapan semakin bertambah. Maraknya
kasus penyuapan membuat para pihak yang berwenang untuk memberantasnya merasa
kesulitan. Di Indonesia kasus penyuapan terjadi dimana-mana dan diberbagai
kalangan. Salah satu yang akan dibahas adalah kasus penyuapan di Sulawesi Utara
pada tahun 2007. Kasus penyuapan yang dilakukan oleh Walikota Tomohon terhadap
dua orang auditor BPK Sulawesi Utara. Auditor terbukti telah melanggar beberapa
nilai etika. Munzir dan Bahar terbukti bersalah karena telah menerima uang suap
dari Walikota Tomohon sebesar Rp 600.000.000 dalam memproses audit Laporan
Keuangan Pemda Kota Tomohon. Para auditor BPK tersebut telah melanggar kode
etik, diantaranya:
- Integritas
Setiap auditor semestinya harus tegas, jujur, dan dapat dipercaya dalam menjalin hubungan professional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya. Nyatanya dalam kasus tersebut, para auditor BPK mendapatkan uang dari walikota dengan maksud mengubah laporan keuangan wilayahnya menjadi wajar dengan pengecualian.
- Objektivitas
Setiap auditor semestinya tidak boleh membiarkan penilaian profesionalnya dipengaruhi hal subjektivitas atau kepentingan pribadi.
- Perilaku
Profesional
Karena para auditor tersebut telah menerima uang suap ari walikota wilayah yang bersangkutan, maka auditor BPK tersebut terbukti telah melanggar hukum dan telah melanggar etika profesi mereka.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar